Senin, 30 April 2012

sejarah PPP AL FATHIMIYYAH Bahrul ulum

63 Tahun Perjalanan Dedikasi Al-Fathimiyyah


A. Perkembangan PPP Al Fathimiyyah
1. Tahun 1949 -1960
Pada awal berdirinya sekitar tahun 1949 al Fathimiyyah baru memiliki santri sebanyak 6 orang yang kesemuanya berasal dari daerah sekitar Jombang, mereka semua tinggal
dikediaman kyai Fattah. Sekitar tahun 1952 mulai dibangun sebuah gedung yang memiliki dwi fungsi yakni sebagai kamar santri sekaligus sebagai mushollah, kemudian pada tahun 1957 dibangun sebuah komplek yang diberi nama al Muniroh (dulu terkenal dengan sebutan ‘kamar pacul’) yang dihuni sekitar 76 santri yang kebanyakan berasal dari daerah sekitar Surabaya dan Gresik.

Sistem pengajian yang berlaku adalah sistem weton dan sorogan yang di asuh langsung oleh kyai Fattah dan bu nyai Musyarofah. Pengajian kitab-kitab kuning di ampu oleh kyai Fattah dan untuk pengajian Al Qur’an di ampu langsung oleh bu nyai Musyarofah.
Jumlah santri yang masih sedikit memberikan ruang kedekatan antara pengasuh dan santri menjadi sangat erat. Perhatian bu nyai Musyarofah terhadap santri-santrinya sangat intens. Misalnya, setiap selesai sholat jama'ah bu nyai Musyarofah selalu meluangkan waktu untuk menyapa santri-santrinya, baik untuk menanyakan kondisi masing-masing santri ataupun memberikan wejangan-wejangan. Kedekatan emosi ini, membuat bu nyai Musyarofah lekat di hati para santri-santrinya.
Tipikal santri pada masa ini, adalah santri yang tekun beribadah, sungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu, dan memiliki ketawadhu’an yang tinggi terhadap pengasuh dan ustadz-ustadznya.
2. Tahun 1961 – 1970
Sekitar tahun 60an santri al Fathimiyyah mencapai 300an lebih. Keorganisasian pada masa ini sudah mulai dibentuk yaitu ditunjuknya ketua dan secretaris pondok, meskipun pada tataran pelaksanaannya masih di bawah kendali bu nyai Musyarofah. Kompleks al ma’shumah dibangun pada tahun 1962 dan kompleks al Aisyah dibangun pada tahun 1969, serta Al jamilah. Dan pada tahun-tahun ini pula penamaan kompleks-kompleks tersebut diberikan. Misalnya nama komplek Al Jamilah itu diambil dari nama santri Jamilah dari Sidoarjo, nama ini diberikan karena komitmentnya terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh ndalem (pengasuh). Sedangkan nama Khodijah, dari nama santri Khodijah dari Mojokerto. Yaitu santri yang memiliki kedekatan dan rasa pengabdian yang tinggi terhadap pengasuh. Apapun yang di dawuhkan pengasuh, beliau selalu patuh menjalankannya.
Sejalan dengan hal tersebut peresmian nama pondok sebagai Pondok Pesantren Putri Al fathimiyyah juga dilaksanakan pada tahun 1969an. Nama tersebut diambil dari nama ibunda kyai Fattah yaitu Nyai Fathimah. Kyai fattah memberi nama tersebut sebagai bentuk penghargaan beliau kepada ibundanya.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, sistem pengajian yang digunakan adalah sistem ‘weton dan sorogan’. Penekanan pada pemahaman dan pengkajian kitab kuning dan alQur’an, serta pengamalan ahlaqul karimah masih menjadi prioritas utama. Sehingga hal tersebut menjadi program unggulan dari pesantren ini.
3. Tahun 1971 – 1980
Pada tahun ini perkembangan santri al Fathimiyyah mencapai 700an santri. *Sistem pengajian masih menggunakan ‘weton dan sorogan’. Pada tahun 1974an management keorganisasian mulai di tata, yaitu adanya ketua dan sekretaris dan beberapa ketua bidang sebagai representasi kelembagaan PPP al fathimiyyah. Pada era ini kepemimpinan santri sempat di pegang oleh putri-putri bu nyai Musyarofah dan kyai Fattah, yaitu ning Khurriyah dan ning Lilik Muhibbah sebagai ketua pondok.
Selain program pengajian, pada masa ini juga sudah ada program-program lain seperti Corps Dakwah, Olah raga badminton, ketrampilan menyulam, dan lomba-lomba antar kompleks. Serta untuk memperkuat proses kelembagaan yang terkait dengan fungsi administrasi, pada tahun 1975 dibangunlah kantor pengurus PPP Al Fathimiyyah yang terletak di belakang musholla.
Sejalan dengan perkembangan pada aspek pembelajaran, al fathimiyyah juga terus meningkatkan perkembangan aspek fisik atau sarana dan prasarana, yaitu komplek Al Hijriyah pada tahun 1980an..
Pada era ini Kiprah al fathimiyyah mulai diperhitungkan di luar oleh dinas kesehatan dan instansi-instansi lain yaitu pada saat ada program ford foundation bekerjasama dengan YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) tentang kesehatan mengadakan pelatihan-pelatihan. Pada saat itu setiap pondok sejombang (Tambak beras, Tebuireng, Denanyar, dan Rejoso) diminta mengirim delegasi 5 orang. Tambak beras mengirim 10 orang, Al Fathimiyyah 5 orang dan al Lathifiyyah juga 5 orang. Dari 10 orang delegasi yang ada hanya diambil 1 sebagai duta YLKI, untuk itu diadakan seleksi melalui ujian. Dari hasil seleksi tersebut yang terpilih adalah dari al Fathimiyyah yaitu bu Khodijah.
Pada masa ini Al Fathimiyyah mengalami peristiwa duka yang mendalam, yaitu berpulangnya Romo kyai fattah ke pangkuan Illahi pada tanggal 27 April 1977. Para pengasuh dan para santri merasa kehilangan sosok yang kharismatik, alim, dan dekat dengan para santrinya.
Menjelang ujian semester, selain program belajar digiatkan juga dilaksanakan doa bersama para pengasuh. Kegiatan ini bertujuan agar para santri diberi kemudahan dalam mengerjakan ujian serta ilmunya menjadi ilmu yang bermanfaat. Khususjangan dari para pengasuh pada kelas akhir, melakukan sowan-sowan ke para pengasuh untuk mendapatkan doa restu serta wejangan sebagai bekal pemantapan diri sebelum melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau sebelum mengabdi di masyarakat.

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com